BITUNG, bitungnews.id — Di atas laut biru Selat Lembeh, puluhan perahu nelayan melintas perlahan, bukan sekadar membawa jaring dan hasil tangkapan, tapi karya seni yang hidup di atas gelombang. Lukisan warna-warni menghiasi badan perahu, menampilkan flora-fauna laut, kisah budaya lokal, hingga ikon khas Bitung seperti monyet yaki dan terumbu karang. Inilah wajah baru Festival Pesona Selat Lembeh (FPSL), Sailing Pass Perahu Mural, simbol perpaduan antara tradisi bahari dan kreativitas anak muda.
Tradisi Sailing Pass telah menjadi jantung FPSL sejak 2009 Dahulu, parade ini diikuti kapal perang TNI AL, kapal pesiar, dan perahu nelayan berhias ornamen kain serta plastik warna-warni. Namun sejak 2021, konsep itu berubah total dari ornamen menjadi lukisan mural ramah lingkungan.
Kolaborasi antara seniman mural lokal, komunitas nelayan, dan Pemerintah Kota Bitung melahirkan ide berani mengubah perahu menjadi kanvas terapung, menjadikan laut sebagai galeri terbuka bagi seni dan budaya.
Perubahan ini bukan sekadar estetika. Ia lahir dari kesadaran ekologis. Sebelumnya, bahan hiasan parade menimbulkan limbah laut. Kini, warna-warna cat ramah lingkungan menggantikan Styrofoam dan plastik.
“Ini cara baru mengekspresikan identitas Bitung tanpa merusak laut,” ujar Qibek salah satu seniman muda muralis yang terlibat sejak awal gagasan ini di 2021.
Pada tahun 2023, lebih dari 30 perahu mural tampil dalam parade utama FPSL. Tiap perahu membawa cerita visual berbeda kehidupan nelayan, laut yang dijaga, dan keberagaman budaya Bitung.
Partisipasi juga meluas, Kota Tomohon bahkan ikut serta dengan perahu mural bertema bunga krisan dan wisata pegunungan.
Memasuki FPSL 2025, tradisi ini semakin matang dan mendunia. Tema “Harmony In Diversity” menjadi inspirasi bagi seniman dari berbagai daerah untuk ikut melukis perahu nelayan dengan narasi positif tentang laut, konservasi, dan budaya lokal. Parade perahu mural kini menjadi daya tarik utama festival yang menarik perhatian wisatawan mancanegara dan liputan media nasional.
Parade ini pun menjadi viral di media sosial, menjadikan FPSL bukan sekadar festival lokal, melainkan simbol kota kreatif bahari Indonesia Timur.
Perahu : simbol kehidupan masyarakat pesisir, sumber nafkah dan semangat bahari.
Mural : lambang ekspresi kreatif dan warna kehidupan anak muda.
Ketika keduanya berpadu, lahirlah “perahu mural” Simbol kekuatan tradisi dan energi modern Kota Bitung.
Kini, Sailing Pass Perahu Mural telah menjadi signature event FPSL Bitung, membedakan festival ini dari yang lain. Atraksi ini bukan hanya parade laut, melainkan “galeri seni terapung” — tempat di mana seni, budaya, dan lingkungan menyatu di antara ombak Selat Lembeh.